Home News Bangkit Perlahan, Christo Mengincar Emas Asian Games 2026

Bangkit Perlahan, Christo Mengincar Emas Asian Games 2026

126
0
SHARE
Christo dan Isaro mesti puas berada di posisi runner up ATP Challenger 50 Kigali, Rwanda 2024. (Dok. Instagram.com/Christorungkat)

Christopher Rungkat, veteran 34 tahun, bangkit perlahan usai peringkatnya kena geblug masa pandemi. Sabtu, 2 Maret 2024, ia, berpasangan petenis Thailand, Pruchya Isaro, mendapati posisi runner up lantaran kalah dari duet Belanda/Prancis, Max Houkes/Clement Tabur, 3-6, 7-6(4), di partai final ATP Challenger 50 Rwanda. Kendati demikian, ia bertekad menembus top 100 ganda dunia pada akhir tahun ini.

“Ekspetasi hari ini tentu menang, ya. Saya positif menatap laga final. Namun, taktik lawan tadi cukup jitu menghadapi kami. Selain itu, bermain di bawah permukaan laut memberi tantangan tersendiri. Bolanya ngambang, ujarnya”.

“4-4 di set pertama, servis kami. Deuce, sudden death, harusnya bisa kami ambil. Sayangnya, unlucky point lah. Di set kedua, kami juga terkena break lebih dulu sebelum return kami mulai membaik untuk break di gim-gim akhir. Saat tie break, sebenarnya, ada chances kami unggul dua bola. 2-1, volley kami keliru dan lawan berbalik memimpin sampai akhir. Kalau itu bisa keambil, who knows ya di tie break set.”

Bagi Christo, final di lapangan tanah liat ini merupakan final pertamanya di level challenger setelah terakhir kali mencapainya di ajang ATP Challenger Nothanburi 2, Thailand, 2023—saat itu ia, berpasangan petenis Australia, Akira Santillan, pun menyerah dari duet India, Yuki Bhambiri/Saketh Myneni, 2-6, 7-6(7). Sudah berselang lima tahun sejak trofi ganda Challenger terakhirnya—ia bersama atlet Swedia, Andre Goransson, meraihnya di Kobe, Jepang. Selama karir, ia mengoleksi 10 trofi Challenger.

“Overall, permainan saya sama Isaro cukup puas. Dua break lawan dari sudden death sementara break kami cukup meyakinkan, 40-15. Namun, Memang tidak sebaik pekan lalu,” tutur Christo, yang bertengger di nomer 68 pada 2013.

Christo dan Isaro menjuarai ITF WTT M15 Nakhon Si, Thailand, 2024 (Dok. Instagram.com/Christorungkat)

Ya, duet Asia Tenggara ini tampil menawan sepekan lalu dengan menjuarai ITF World Tennis Tour M15, Nakhon Si, Thailand. Di turnamen entry-level itu, mereka hanya kecolongan dua set dalam empat pertandingan. Salah satunya di partai final, saat menundukkan pasangan Korea Selatan/Taiwan, Jeong Yeongseok/Tsung-Hao Huang, 6-4, 4-6, 10-8. Bagi Christo, ini gelar ganda ITF ke-44 di sepanjang karirnya.

“Saya rasa ini merupakan kuncinya, ya. Meskipun itu level terendah, itu memberikan saya minute play buat mengasah permainan setelah rehat cukup lama. Itu pun bekal positif buat saya berangkat ke Kigali, Rwanda,” ujarnya.

Gelar di negeri gajah putih itu pun merupakan gelar kedua Christo pada tahun ini. Di Januari, ia bersama atlet Filipina, Francis Casey “Ninoy” Alcantara menundukkan duet Rusia/India, Bogdan Bobrov/Adil Kalyanpur, 6-4, 6-2, untuk menjuarai ITF WTT M25 Chennai, India. Semua capaian ini bermula kegagalan di ATP Challenger 75 Bangkok, Januari.

Bersama Hisham Qureshi, Christo takluk di babak kedua ajang Bangkok Terbuka (Instagram.com/Christorungkat)

“Untung saya main Challenger Bangkok bersama Hisham Qureshi pada awal Januari. Waktu itu kami mesti menunggu sampai detik-detik terakhir pendafataran. Enggak langsung diterima, mesti menunggu pasangan yang mengundurkan diri. Meskipun langkah kami tidak terlalu jauh, kalau enggak ada itu, saya enggak bakal dapet turnamen apa pun selama Januari,” tutur Christo, pengoleksi satu trofi ganda ATP Tour.

Setelah digeblug pandemi, peringkatnya pun merangkak naik. Berdasar prediksi Live Tennis Rangking, atlet blasteran Indo-Belanda-Kamboja ini akan bertengger di peringkat 309 berkat raihan 40 poin di dua pekan terakhir.

Setelah Menjadi Ayah, Christo Lebih Rileks dalam Bertanding.

Infografis rangkuman karir ganda Christo dalam 17 tahun (Dok. Tennis Indonesia)

Sejak tiga tahun lalu, Christo menjadi ayah. Tenis, baginya, bukan lagi prioritas tunggal, ada keluarga yang juga ia perhatikan. Hadirnya buah hati pun mengubah pandangannya akan tenis profesional. Ia lebih rileks bertanding.

“Dulu, saya tenis-tenis-tenis. Namun, sekarang enggak lagi, tenis bukan segalanya lagi. Kalah atau menang, saya selalu menelpon anak dan istri setelah pertandingan. Saat kalah, hal ini membantu saya untuk tidak terlalu gusar dan mengingatkan saya ‘tennis is not the only one, anymore. Jadi, ya, saya justru lebih menikmati tenis,” ujarnya, “selama masih happy saat menang, saya akan terus main tenis.”

Sebab ketenangan ini, Christo belum berkeinginan turun panggung dari arena tenis profesional. Masih lapar akan gelar, ia menargetkan medali emas Asian Games Aichi-Nagoya, 2026. Ia akan mengajak Aldila Sutjiadi untuk kembali merebut ganda campuran—nomor yang hanya tersedia di olimpik dan Grand Slam.

“Saya tahu bahwa kemungkinannya sangat tipis untuk lolos ke Olimpiade Paris tahun ini. Jadi, saya menargetkan 2026 sebagai Asian Games terakhir saya. Untuk menyongsong itu, saya pun berusaha kembali ke performa 2019, peringkat 70-80 dunia. Saya ingin kembali bermain di Grand Slam dan ATP Tour,” ujarnya, “nggak mikir berapa gelar. Asal konsisten dan konfiden, we’ll see sejauh mana karir saya ini.”

Pekan ini, Christo masih akan bersama Isaro. Mereka akan kembali bertanding di pekan kedua ATP Challenger 50 Kigali, Rwanda. Di babak pertama ajang bertotal hadiah $4100 USD, mereka menantang duet Jepang, Watanabe/Yuzuki. Unggulan teratas di ajang ini adalah duet Tunisia/Kanada, Ouakaa/Stevenson.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here